Halaman

Ahad, 3 Mei 2009

KASIH SEORANG IBU

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk iaitu suka mencuri, berjudi, menyabung ayam dan banyak lagi.
Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sedarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi.
Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertaubat sebelum aku mati”.
Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sering sangat ia keluar masuk penjara kerana kejahatan yang dilakukannya.
Suatu hari, ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat loceng berdentang menandakan pukul enam pagi.
Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu. Dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya”.
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman.
Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya, dia bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 menyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.
Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba.
Sampai waktu yang ditentukan, loceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima minit dan suasana mulai berisik. Akhirnya petugas yang bertugas membunyikan loceng datang.
Ia mengaku hairan kerana sejak dari tadi dia menarik tali loceng tapi suara dentangnya tidak kedengaran. Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali loceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana loceng itu diikat.
Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat. Beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam loceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam loceng yang menyebabkan loceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding loceng.
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan menitiskan air mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di loceng. Memeluk besi dalam loceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita selagi kita masih mampu kerana mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.
Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak boleh dinilai dengan apapun.
Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah muzik yang menggetarkan hati
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa bererti
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan
Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali

1 ulasan:

  1. boleh di jadikan pengajaran utk kite sumer agar menyayangi mak kite...

    BalasPadam